Selasa, 04 Oktober 2016

Dargom (II)

"Semua mahluk dari sentra gandamayit berkumpul

Dargom kota terkutuk
Karena menyakiti hati ibunya
Dargom kota yang hilang
Karena ditipu saudaranya,"
Suara Manggala menggema di kesunyian.

"Hebat sekali kau Manggala bisa membaca caila prasasti dengan cepat langsung diterjemahkan pula." Bejo berdecak kagum sambil mengamati salah satucaila prasasti.

"Adikku tak sehebat itu, hanya saja pandangannya lebih luas." Jaya berkata sambil menunjuk caila prasasti yang lain. "Coba perhatikan baik-baik, di sini ada tujuh caila prasasti, jika dilihat dari jenis batunya saja berbeda dari segi usia. Jika diperhatikan aksaranya kita bisa mengenali dari zaman apa. Yang itu akasara palawa, selanjutnya kawi awal,yang kamu amati berasal dari kawi akhir pertama, sebelahnya kawi akhir kedua, yang kuamati berasal dari jawa pra modern, sedangkan yang diamati Manggala rupanya jawa modern dan aksara latin."

"Astaga. Aku baru sadar." Mata Bejo menyapu semua prasasti yang ada, "Rupanya ini prasasti yang isinya sama dan ditulis dengan berbagai aksara, dan terkahir menggunakan bahasaIndonesia."

"Lebih tepatnya diterjemahkan mas." Manggala menimpali, "Karena yang menggunakan aksara jawa modern menggunakan bahasa jawa modern dengan makna yang sama. Kita tak perlu memastikan yang lainya karena kita tak menguasai bahasa jawa kuno bukan?"
"Kau benar Menggala, yang perlu kita selidiki kota macam apa Dargom itu sehingga sebegitu pentingnya sampai dibuatkan prasasti sepanjang peradaban." Bejo berfikir serius, sementara Jaya bersaudara mengangguk tanda sependapat.

"Menggala, " Jaya mendekati adiknya. "Pencarian ini tak tahu berakhir kapan, kamu harus sekolah. Jadi selanjutnya serahkan pada kami, pulangkan katakan pada ibu kalau aku dan Bejo sedang melakukan penelitian arkeologi. Tak perlu ceritakan secara lengkap, kau tahu bagaimana ibu mengkhawatirkan anak-anaknya bukan. Jika dalam tiga purnama kami tak pulang beritahukan yang sebenarnyapada ayah, dan biarkan ayah yang bercerita pada ibu. Kami tak tahu apakah bisa kembali atau tidak."

"Ya. Aku mengerti, walau sebenarnya aku juga penasaran." Jawab Manggala. "Mas Bejo ada pesan?"

"Jangan pergi ke rumahku, " Bejo langsung bicara, "Ibuku tak boleh tahu, dia akan sangat kepikiran. Kirimkan e-mail kepada KalaHitam, ceritakan semuanya. Jika dalam tiga purnama kami tak muncul maka mereka harus memilih pemimpin sebagai penggantiku."

"Jangan gegabah anak muda." Pemilik kedai yang dari tadi hanya diam mengamati kini angkat bicara. "Aku menceritakan semua hal yang kutahu dan mengantar kalian ke sini bukan berharap agar kalian lanjut. Perhatikan pesan pada prasasti yang ada. Generasi ayah kami membuat yang berbahasa Indonesia agar anak muda seperti kalian paham dan tak melanjutkan. Apalagi kalian ingin berbohong pada ibu kalian tentang apa yang kalian lakukan. Padahal aku yakin ibu kalian pasti sangat menyayangi kalian. Pulanglah ceritakan yang selengkapnya pada ibu kalian dan minta persetujuan untuk mencari Dargom. Setiap ibu pasti punyafirasat yang kuat jika anaknya dalam bahaya atau akan menemui bahaya. Jadi dengarkan suara hatinya, jika ibu kalian bilang iya baru kalian kembalilah kemari. Kalian boleh numpang dirumahku lagi sebelum mencari Dargom. Perjalanan berbahaya sebaiknya jangan dilakukan berdua, ajak semua teman-teman kalian yang berkepentingan. Tapi dengan syarat mereka juga harus dapat ijin ibu. Jika tidak memperoleh ijinmaka jangan sekali-kali melanggarnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar