Kamis, 29 September 2016

TERULANG

Sudah lima bulan sepuluh hari kami di sini
Mengulangi hari-hari yang sama
Ingin kami teriak tapi tak ada yang mendengar
Ingin kami berlari tapi kami terikat
Kami terjebak dalam perjanjian sepihak
Kami mengulangi sejarah
Apa yang terjadi pada nenek moyang kami
Kini terulang kembali
Rakyat hanya bisa menjalani
Tanpa ada kemampuan melawan
Hanya diam dan bekerja
Dalam apa yang disebut cultuur stelsel
Tanah dan air adalah milik negara
Dan digunakan untuk kesejahteraan rakyatnya
Tapi kenapa kami menjadi kuli
Menggali tanah kami untuk orang asing
Labuhan Batu, 10 Nov’ 2010

GELAP

Dalam gelap senyap tanpa suara
Aku menahan perih tercekik
Tak sepatah kata terucap
Hanya gelisah dan amarah
Melekat dalam dada
Akankah ini berakhir
Bilakah ini berujung
Aku bertanya pada bayang-bayang maut
Jauh dalam gelap
Tempat berkumpul arwah nenek moyang
Namun tak ada jawab kudapat
Fajar segera tiba
Kemudian akan disusul lagi malam yang pengap
Tiada lagi harapan
Tiada lagi asa
Tertinggal hanya puing kehancuran jiwa
Labuhan Batu, 8 Sept’ 2010



SIA-SIA

Kami melangkah resah
Berjalan di bawah mentari
Mengulangi apa yang terjadi kemarin
Melakukan pekerjaan yang sia-sia
Kami terkurung
Tanpa ada kesempatan
Kami termenung
Tanpa ada tindakan
Hampa dan gelisah
Di bawah mentari
Teriknya menyinari
Tapi tak mampu singkirkan
Kegelapan dalam jiwa
Labuhan Batu, 7 Sept’ 2010

DIAM

Hatiku gelisah resah tak menentu
Melihat ketidakadilan di depan mataku
Penjajahan di dunia belum dihapuskan
Rakyat merana dan menderita
Indonesia negriku tercinta
Berlimpah ruah kekayaan alam
Bumimu banyak ditumbuhi tanaman
Lautmu membentang luas menantang
Namun kenapa rakyatku
Menjadi kuli di negri sendiri
Nasibnya ditentukan orang asing
Ku hanya diam tak mampu berkata
Labuhan Batu, 1 Sept’ 2010

BENCANA

Pagi ini gunung kelud meletus
Abu vulkanik menutupi tanah jawa
Setiap orang bertanya-tanya
Dengan banyaknya bencana alam di dunia
Apakah kesudahan zaman sudah dekat?
Mengapa hari-hari ini banyak bencana?
Gunung meletus, banjir, tsunami, gempa bumi
Tanah merekah, tanah yang mengeluarkan gas alam
Apakah karena banyaknya dosa manusia?
Apakah alam sudah terlalu tua?
Bukan..
Semata-mata bukan
Salomo pernah menulis “tidak ada yang baru di bawah matahari
Apa yang dikatakan baru sesungguhnya pernah ada dan akan ada lagi”
Bencana alam merupakan fenomena wajar
Merupakan peristiwa berulang selama jutaan tahun
Mengapa kini semakin banyak bencana?
Karena hari ini banyak media massa
Kita bisa melihat peristiwa di belahan bumi lain saat ini juga
Mangapa kita merasa dunia semakin tua?
Karena kita hidup hari ini
Kita ada sekarang bukan di masa lalu
Manusia hanya bisa menyadari
Bahwa Tuhan nyata adanya
Kita tak bisa lari kemanapun
Tak ada tempat yang aman di muka bumi
Hanya berserah pada sang pencipta alam ini
Hidup dalam lindunganNya
Mati adalah keuntungan
Mojokerto, 14 Februari 2014

BOS

Di dalam gereja
Ia berkata sambil tersenyum bahagia
“Haleluya, Tuhan itu baik
Tuhan memberkati usaha saya”
Dipersembahkannya hartanya yang melimpah
Namanya tercatat dalam warta jemaat
Di pabriknya
Para buruh mengeluh
Nasinya diambil, susu anaknya dirampas
Tenaganya dikuras
Menerima cacian dan makian
Dan ia tetap berkata “Haleluya”
Mojokerto, 12 November 2012

NATALIA

Dalam sepiku Tuhan kirim dirimu
Untuk terangi gelap dalam jiwaku
Dalam derita kita selalu bersama
Jalani hidup suka dan duka
Terkadang hujan badai datang melanda
Terkadang riang tertawa bahagia
Walaupun adat coba pisahkan kita
Tetapi Tuhan beserta kita
Natalia kau tulang rusukku
Yang telah kutemukan
Kita akan hidup bersama
Sampai maut memisahkan kita
Mojokerto, 1 April 2012

BIMBANG

Di dalam gelap kita cari
Di dalam pengap kita berharap
Cahaya datang kita bimbang
Tak terbiasa hidup dalam terang
Kebenaran yang telah datang
Tak dapat diterima manusia
Setiap insan menginginkan
Kebahagiaan tanpa nestapa
Setiap hati mengharapkan
Kemerdekaan dan kedamaian
Namun sayang manusia
Tak mau terima cahaya
Setiap mahluk di alam ini
Alami kelahiran dan mati
Setiap mahluk di alam ini
Tuaian itu yang terjadi
Magelang, 2011

AYUB

Lelaki hina berselimut kabut
Tubuh penuh luka tidur beralas debu
Berharap pagi segera tiba
Saat fajar merekah
Tiada kawan, tiada saudara
Berteman kesepian
Lelaki diam tanpa air mata
Bibir mengering tenggorokan tersumbat
Di dalam hati hanya berdoa
Memohon ampunanNya
Kedalam tanganMu, kuserahkan nyamaku
Jadilah kehendakMu
Si Ayub rebah di tanah merekah
Ia tak bersalah
Tuhanpun datang hentikan derita
Pulihkan kehidupan semula
Magelang, 2008

BELUM MERDEKA

Di keremangan malam di bawah terik matahari
Hutan dan rimba sudah tak nampak lagi
Desing peluru sudah tak terdengar lagi
Tapi ada satu tanya dalam hati
Sudahkah Indonesia merdeka?
Negri ini kaya raya
Tapi kami harus merengek meminta-minta
Kepada anjing-anjing bangsa asing
Merintih perih tak terperi
Kami menangis di negri sendiri
Kami diperbudak ditanah moyang kami
VOC dan NIPON telah pergi
Tapi kini negri kami dibagi-bagi
Bangsaku rakyatku masih terbelenggu
Oleh tangan-tangan yang tak tahu malu
Indonesia belum merdeka
Mojokerto, 11 November 2012

JUM’AT AGUNG

Darah menetes darah
Ia tetap melangkah
Demi manusia-manusia hina
            Darah menetes darah
            Ia tak pernah salah
            Menjadi noda gantikan kita
Darah menetes darah
Berakhir di Golgota
            Mojokerto, 6 April 2012

SUNYI SENYAP

Malam kudus sunyi senyap
Sesunyi hatiku
Sesenyap jiwaku
                                    Magelang, 25 Desember 2003

EVOLUSI

Dua ribu tahun yang lalu
Aku di sini dan berkata “Emas dan perak tak ada padaku”
Kami saling bersatu, bahu membahu
Saling mengasihi seorang akan yang lain
Dan mujizat dinyatakan
Seribu  tahun yang lalu
Aku menjadi bengis
Kuangkat pedang, tombak dan kurentangkan busur
Kuhancurkan apa yang menentangku
Semua harus mengikutiku
Lima ratus tahun lalu
Aku terpecah belah
Aku terbagi-bagi
Tiap-tiap bagianku mencari kebenaran sendiri
Menunjukkan kebenaran
Kebenaran yang saling bertentangan
Hari ini, di sini
Aku berdiri dengan pilih kasih
Bukan apa, tapi siapa yang kudengar
Tak sanggup lagi berkata “Emas dan perak tak ada padaku”
Karena emas dan perak sudah tertimbun
Magelang, 31 Desember 2010

TRANSMIGRAN

Deru suara mesin kapal
Diselingi gemerciknya ombak
Di tengah samudra nan amat luas
Iringi kepergian ratusan jiwa
Sebuah pulau yang masih sepi
Sambut kedatangan mereka
Hutan terbentang amat menantang
Untuk dijadikan sebuah desa
Transmigran itulah tugasmu
Sibak belukar bangunlah desamu
Transmigran tingkatkan hidupmu
Demi nasib anak dan cucumu
 
Oleh : Mudji Sih Topo
Sanggau, 1993-1998
 

INGIN PULANG

Dalam kesendirian aku selalu terbayang
Akan kampung halaman yang lama kutinggalkan
            Kuingin cepat pulang
            Ke kotaku Magelang
            Karena hidup di sebrang
Tiada perubahan
 
Oleh : Mudji Sih Topo
Sanggau, 1993-1998
 

TAKBIR

Suara takbir menggema
Sibak takbir senja
Kesendirian semakin terasa
Suara takbir menggema
Sibak takbir senja
Kata maaf penuhi dunia
Adakah dosa dihapuskan
Hanya dengan kata maaf semata
 
Oleh : Mudji Sih Topo
Sanggau, 1993-1998
 

Rabu, 21 September 2016

Jangan Tenggelam

Di suatu senja aku duduk di sini
Menikmati pemandangan dan indahnya hari
Bersama temanku di kanan dan di kiri
Becanda tertawa dan saling berbagi
Di senja yang lain aku duduk di sini
Menikati sekeliling yang masih asri
Namun diriku kini seorang diri
Berteman dengan sepi mengenang yang terjadi

Apa yang pernah terjadi akan terjadi lagi
Karena tak ada yang baru di bawah matahari

Kenangan masa silam jangan pernah dilupakan
Namun jangan tenggelam sampai terbayang bayang
Marilah berkarya demi masa akan datang
Raihlah kemenangan dari sekarang


Mojokerto, 21 September 2016

Jumat, 09 September 2016

d'rumus

Band asal Mojokerto, beraliran Rock Alternatif berdiri Agustus 2015.  Single pertama bejudul Natalia rilis 2015 , tahun 2016 meluncurkan single kedua Setan Lautan.

Anggota :

Ahmad Muzakki Asror (Vocal)
              Cowok asal Mojokerto 1992, pertama jadi vokalis band 2007   bersama  ARTERO,  tahun 2013 mulai eksis lagi di dunia musik dengan bergabung di group RAPSHODY. Di tahun 2015 masih  berkecimpung di dunia musik dan terdamparlah  di pelabuhan d'RUMUS  sampai saat ini masih eksis di sini  karena disinilah tempat yang  bisa menyalurkan hobby.

Yohanes Jafrica Setiawan (Guitar)
            Orang biasa yang suka musik dan pengen belajar lebih lagi soal not balok dan alat musik selain gitar/bass.

Achmad Zabadil (Guitar)
               '04-'06 Cappuccino band sebagai basis,
Additional Basoa the Mummy band pembuka Slank
              '06-'09 Mr. Band & d.amors Band basis.
Tergabung album kompilasi Sae production Malang dewan kesenian Malang
              '09-sekarang Power of Freadom(P.O.F) band gitaris+lead vokal & d.rumus gitaris.

Mudji Isa (Bass)
          Pria kelahiran Magelang 1985, memegang bass sejak SMU. Band pertamanya LSH, menjadi additional player TCA dan Londo Band.

Ahmad Afin (drum)
            Pria kelahiran Tulungagung 1991, memegang drum sejak merantau ke Mojokerto bersama Band Pertama Puno Kawan asal       Sepanjang.

Minggu, 04 September 2016

d'rumus ~ Kering

Tak dihargai di tanah kelahiran
Tak didengarkan oleh orang sekitar
Orang asing dipuja bagaikan dewa
Kawan sendiri dihina dan dicerca

Tak diterima di rumahku sendiri
Kehadiranku hanya dianggap sepi
Mereka hanya inginkan hingar bingar
Mereka tidak inginkan karya besar

Tenggorokan kering meneriakan kebenaran
Tetapi tak setetes air yang membasahinya
Keringat bercucuran perjuangkan keadilan
Tetapi kami semangat demi Indonesia


Mojokerto, 4 September 2016