Senin, 24 Februari 2014

Samsara

SAMSARA

Dauri tumbuh  menjadi semakin besar
burung-burung bertengger diatasnya
di ujung kampung, ia berdiri kokoh melintasi zaman
arwah-arwah dari dunia orang mati tinggal tentram dalam naunganya
zamanpun berganti
ketika batu-batu tersusun tinggi dauri ditumbangkan dan mati

Dauri terlahir kembali sebagai cacing
tak sempat melihat jagung dipanen
ia berakhir di perut ayam

Dauripun terlahir kembali sebagai anjing
anjing yang setia menjaga tuannya
hingga hidupnya berakhir tragis telindas truk

Dauri terlahir lagi menjadi manusia
manusia yang memiliki kuasa sampai ujung-ujung kampung seantero negeri
ia memakan segala mahluk hidup
ia menebangi pohon-pohon yang menghijau
ia menindas kaum yang lemah

Dauri kembali ke alam baka
terlahir kembali sebagai kijang
tanpa kawan
tanpa saudara
di tengah hutan tandus nan gersang
Mojokerto, 24 Februari 2014

Minggu, 16 Februari 2014

SYAIR DAN PUISI SUM-UT


Oleh : Mudji Isa



DIAM

Hatiku gelisah resah tak menentu
Melihat ketidakadilan di depan mataku
Penjajahan di dunia belum dihapuskan
Rakyat merana dan menderita

Indonesia negriku tercinta
Berlimpah ruah kekayaan alam
Bumimu banyak ditumbuhi tanaman
Lautmu membentang luas menantang

Namun kenapa rakyatku
Menjadi kuli di negri sendiri
Nasibnya ditentukan orang asing
Ku hanya diam tak mampu berkata

Labuhan Batu, 1 Sept’ 2010

SIA-SIA

Kami melangkah resah
Berjalan di bawah mentari
Mengulangi apa yang terjadi kemarin
Melakukan pekerjaan yang sia-sia

Kami terkurung
Tanpa ada kesempatan
Kami termenung
Tanpa ada tindakan
Hampa dan gelisah

Di bawah mentari
Teriknya menyinari
Tapi tak mampu singkirkan
Kegelapan dalam jiwa

Labuhan Batu, 7 Sept’ 2010

GELAP

Dalam gelap senyap tanpa suara
Aku menahan perih tercekik
Tak sepatah kata terucap
Hanya gelisah dan amarah
Melekat dalam dada

Akankah ini berakhir
Bilakah ini berujung

Aku bertanya pada bayang-bayang maut
Jauh dalam gelap
Tempat berkumpul arwah nenek moyang
Namun tak ada jawab kudapat

Fajar segera tiba
Kemudian akan disusul lagi malam yang pengap
Tiada lagi harapan
Tiada lagi asa
Tertinggal hanya puing kehancuran jiwa


Labuhan Batu, 8 Sept’ 2010

TERULANG

Sudah lima bulan sepuluh hari kami di sini
Mengulangi hari-hari yang sama
Ingin kami teriak tapi tak ada yang mendengar
Ingin kami berlari tapi kami terikat

Kami terjebak dalam perjanjian sepihak
Kami mengulangi sejarah
Apa yang terjadi pada nenek moyang kami
Kini terulang kembali

Rakyat hanya bisa menjalani
Tanpa ada kemampuan melawan
Hanya diam dan bekerja
Dalam apa yang disebut cultuur stelsel

Tanah dan air adalah milik negara
Dan digunakan untuk kesejahteraan rakyatnya
Tapi kenapa kami menjadi kuli
Menggali tanah kami untuk orang asing

Labuhan Batu, 10 Nov’ 2010

SYAIR DAN PUISI 2

Oleh : Mudji Isa


EVOLUSI

Dua ribu tahun yang lalu
Aku di sini dan berkata “Emas dan perak tak ada padaku”
Kami saling bersatu, bahu membahu
Saling mengasihi seorang akan yang lain
Dan mujizat dinyatakan

Seribu  tahun yang lalu
Aku menjadi bengis
Kuangkat pedang, tombak dan kurentangkan busur
Kuhancurkan apa yang menentangku
Semua harus mengikutiku

Lima ratus tahun lalu
Aku terpecah belah
Aku terbagi-bagi
Tiap-tiap bagianku mencari kebenaran sendiri
Menunjukkan kebenaran
Kebenaran yang saling bertentangan


Hari ini, di sini
Aku berdiri dengan pilih kasih
Bukan apa, tapi siapa yang kudengar
Tak sanggup lagi berkata “Emas dan perak tak ada padaku”
Karena emas dan perak sudah tertimbun
Magelang, 31 Desember 2010



SUNYI SENYAP

Malam kudus sunyi senyap
Sesunyi hatiku
Sesenyap jiwaku
                                    Magelang, 25 Desember 2003


JUM’AT AGUNG

Darah menetes darah
Ia tetap melangkah
Demi manusia-manusia hina
            Darah menetes darah
            Ia tak pernah salah
            Menjadi noda gantikan kita
Darah menetes darah
Berakhir di Golgota
            Mojokerto, 6 April 2012


BELUM MERDEKA

Di keremangan malam di bawah terik matahari
Hutan dan rimba sudah tak nampak lagi
Desing peluru sudah tak terdengar lagi
Tapi ada satu tanya dalam hati
Sudahkah Indonesia merdeka?

Negri ini kaya raya
Tapi kami harus merengek meminta-minta
Kepada anjing-anjing bangsa asing
Merintih perih tak terperi

Kami menangis di negri sendiri
Kami diperbudak ditanah moyang kami
VOC dan NIPON telah pergi
Tapi kini negri kami dibagi-bagi

Bangsaku rakyatku masih terbelenggu
Oleh tangan-tangan yang tak tahu malu
Indonesia belum merdeka
Mojokerto, 11 November 2012

AYUB

Lelaki hina berselimut kabut
Tubuh penuh luka tidur beralas debu
Berharap pagi segera tiba
Saat fajar merekah
Tiada kawan, tiada saudara
Berteman kesepian

Lelaki diam tanpa air mata
Bibir mengering tenggorokan tersumbat
Di dalam hati hanya berdoa
Memohon ampunanNya
Kedalam tanganMu, kuserahkan nyamaku
Jadilah kehendakMu

Si Ayub rebah di tanah merekah
Ia tak bersalah
Tuhanpun datang hentikan derita
Pulihkan kehidupan semula
Magelang, 2008

BIMBANG

Di dalam gelap kita cari
Di dalam pengap kita berharap
Cahaya datang kita bimbang
Tak terbiasa hidup dalam terang
Kebenaran yang telah datang
Tak dapat diterima manusia

Setiap insan menginginkan
Kebahagiaan tanpa nestapa
Setiap hati mengharapkan
Kemerdekaan dan kedamaian
Namun sayang manusia
Tak mau terima cahaya

Setiap mahluk di alam ini
Alami kelahiran dan mati
Setiap mahluk di alam ini
Tuaian itu yang terjadi
Magelang, 2011

NATALIA

Dalam sepiku Tuhan kirim dirimu
Untuk terangi gelap dalam jiwaku
Dalam derita kita selalu bersama
Jalani hidup suka dan duka

Terkadang hujan badai datang melanda
Terkadang riang tertawa bahagia
Walaupun adat coba pisahkan kita
Tetapi Tuhan beserta kita

Natalia kau tulang rusukku
Yang telah kutemukan
Kita akan hidup bersama
Sampai maut memisahkan kita
Mojokerto, 1 April 2012



TAK CUKUP SEIMAN

Kuturuti  kata pendeta “cari jodoh yang seiman”
Walaupun Yesus tak pernah mengatakannya

Kami sama-sama ke gereja
Memuji Tuhan yang maha kuasa
Yang telah mempersatukan rasa kasih yang mesra

Tapi apa yang disatukan Allah diceraikan manusia
Adat yang berbeda
Suku yang berbeda
Kasta yang berbeda

Seorang ayah tak akan menyerahkan anak gadisnya
Pada laki-laki yang  tak disukainya
Karena laki-laki itu berbeda
Walau kasih Tuhan yang menyatukan
Manusia tetap menceraikannya
Mojokerto, 12 November 2012

BOS

Di dalam gereja
Ia berkata sambil tersenyum bahagia
“Haleluya, Tuhan itu baik
Tuhan memberkati usaha saya”
Dipersembahkannya hartanya yang melimpah
Namanya tercatat dalam warta jemaat

Di pabriknya
Para buruh mengeluh
Nasinya diambil, susu anaknya dirampas
Tenaganya dikuras
Menerima cacian dan makian

Dan ia tetap berkata “Haleluya”
Mojokerto, 12 November 2012



BENCANA

Pagi ini gunung kelud meletus
Abu vulkanik menutupi tanah jawa
Setiap orang bertanya-tanya
Dengan banyaknya bencana alam di dunia
Apakah kesudahan zaman sudah dekat?

Mengapa hari-hari ini banyak bencana?
Gunung meletus, banjir, tsunami, gempa bumi
Tanah merekah, tanah yang mengeluarkan gas alam
Apakah karena banyaknya dosa manusia?
Apakah alam sudah terlalu tua?

Bukan..
Semata-mata bukan
Salomo pernah menulis “tidak ada yang baru di bawah matahari
Apa yang dikatakan baru sesungguhnya pernah ada dan akan ada lagi”
Bencana alam merupakan fenomena wajar
Merupakan peristiwa berulang selama jutaan tahun

Mengapa kini semakin banyak bencana?
Karena hari ini banyak media massa
Kita bisa melihat peristiwa di belahan bumi lain saat ini juga
Mangapa kita merasa dunia semakin tua?
Karena kita hidup hari ini
Kita ada sekarang bukan di masa lalu

Manusia hanya bisa menyadari
Bahwa Tuhan nyata adanya
Kita tak bisa lari kemanapun
Tak ada tempat yang aman di muka bumi
Hanya berserah pada sang pencipta alam ini
Hidup dalam lindunganNya
Mati adalah keuntungan
Mojokerto, 14 Februari 2014