Manusia pada
umumnya menginginkan kehidupan yang ideal. Akan tetapi kenyataannya di alam
semesta ini hanya ada yang sejati, tidak ada yang ideal. Sebagai contoh, hukum
gas ideal dapat dilihat pada persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi di alam ini
tidak pernah ada gas ideal, yang ada adalah gas sejati. Untuk itu perlu adanya
faktor koreksi untuk mencapai sesuatu yang hampir ideal. Salah satunya adalah
P.V = Z.n.R.T. Dimana Z merupakan faktor koreksi yang terdiri dari sifat-sifat
fisik gas yaitu tekanan kritis dan temperatur kritis. Demikian juga dengan
hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat hilang hanya berubah bentuk.
Tetapi kenyataannya saat terjadi perubahan bentuk energi selalu ada energi yang
hilang, dan efisiensi tidak pernah 100%.
Demikian pula dengan kehidupan
manusia tidak pernah ada yang ideal. Hidup ideal antara lain tercukupi
kebutuhan fisik, hati bahagia, rasa aman, hidup sesuai kehendak Sang Pencipta,
mati masuk sorga. Akan tetapi kenyataannya untuk mencapai itu semua harus ada
faktor koreksi. Manusia akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan fisik.
Manusia mengisi jiwanya dengan berbagai ilmu pengetahuan, filsafat, seni, agama
agar bahagia. Manusia selalu dihantui rasa takut, gelisah, rasa lapar, rasa
kawatir. Akan merasa kenyang jika pernah lapar, merasa tenang dan aman jika
pernah takut, merasakan terang jika pernah dalam kegelapan, merasa hangat jika
pernah kedinginan, merasakan kasih Tuhan jika pernah berdosa, merasakan sorga
atau neraka jika sudah mati. Ketika manusia masih hidup dalam alam jasmani maka
manusia akan selalu mencari dan mencari kehidupan yang ideal, namun tak pernah
menemukannya. Selama perjalan hidup tersebut manusia akan bekembang ke arah
lebih baik atau lebih buruk. Itulah hidup sejati.
Yesus berkata “tidak ada seorangpun
yang benar dihadapan Allah satupun tidak.” Karena tidak ada orang benar maka
yang ada adalah manusia yang berusaha hidup benar. Usaha inilah yang membuahkan
banyaknya agama di muka bumi ini. Setiap manusia dalam hatinya menyadari adanya
sesuatu kekuatan yang dahsyat, yang tak dapat
dijelaskan, yang tak dapat dipikirkan. Maka dari itu muncullah gagasan
tentang adanya Tuhan, muncullah peraturan yang mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan Tuhan. Setiap suku bangsa memiliki pandangan dan
cara berbeda dalam mengekspresikan hubungannya dengan Tuhan. Tujuannya adalah
untuk menyatu dengan pemilik dan pencipta alam semesta ini.
Sayangnya justru agama-agama yang
ada bukan berlomba-lomba melakukan kehendak Tuhan, melainkan secara tidak
langsung saling menghakimi satu sama lain. Yesus bilang “carilah dahulu
kerajaan Allah dan kebenarannya...” maka dari itu manusia tak semestinya
membenarkan dirinya atau kelompoknya masing-masing. Karena kebenaran manusia
tergantung kerangka acuannya dan kebenaran yang ideal itu milik Allah. Akan tetapi
kita tidak tahu dengan pasti acuan kebenaran Allah. Sehingga kita perlu
mencarinya, dengan berbagai upaya dan dengan pertolongan Tuhan sendiri. Untuk
mencapai kebenaran ideal tersebut perlu faktor koreksi dan perjalanan panjang,
dan kita akan menikmati hidup sejati dan sejatinya hidup.
Dalam perjalanan panjang manusia
itulah lahir berbagai perbedaan. Perbedaan memang benar-benar membedakan satu
sama lain. Omang kosong bila manusia menyatakan mau menerima perbedaan, fakta
yang terjadi adalah keinginan untuk sama. Yaitu sebisa mungkin orang lain sama
dengan saya. Akan tetapi tidak semua orang mampu mempengaruhi orang lain. Maka
demi mempersatukan manusia, dibuatlah alasan-alasan kamanusiaan diantaranya
persamaan hak, persamaan gaya hidup. Dari sinilah muncul perpecahan, perang dan
kebencian. Mulanya manusia ingin menguasai yang lain, ingin orang lain sama
dengan dirinya maka siapa yang terkuat dialah yang unggul, yang lemah melawan
sehingga munculah peperangan pada setiap peradaban.Perang itu berbagai macam
wujudnya, dari perang fisik sampai perang doktrin. Orang akan berusaha agar
dunia ini satu budaya, satu agama. Dan berbagai-bagai cara dilakukan untuk
saling berlomba, saling menyebarkan pengaruh. Awalnya saling menerima, tapi
berikutnya saling menjatuhkan. Tujuannya satu, setiap insan ingin jadi pemenang
dalam segala hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar