Minggu, 16 Februari 2014

HIDUP SEJATI ATAU IDEAL


Manusia pada umumnya menginginkan kehidupan yang ideal. Akan tetapi kenyataannya di alam semesta ini hanya ada yang sejati, tidak ada yang ideal. Sebagai contoh, hukum gas ideal dapat dilihat pada persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi di alam ini tidak pernah ada gas ideal, yang ada adalah gas sejati. Untuk itu perlu adanya faktor koreksi untuk mencapai sesuatu yang hampir ideal. Salah satunya adalah P.V = Z.n.R.T. Dimana Z merupakan faktor koreksi yang terdiri dari sifat-sifat fisik gas yaitu tekanan kritis dan temperatur kritis. Demikian juga dengan hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat hilang hanya berubah bentuk. Tetapi kenyataannya saat terjadi perubahan bentuk energi selalu ada energi yang hilang, dan efisiensi tidak pernah 100%.
            Demikian pula dengan kehidupan manusia tidak pernah ada yang ideal. Hidup ideal antara lain tercukupi kebutuhan fisik, hati bahagia, rasa aman, hidup sesuai kehendak Sang Pencipta, mati masuk sorga. Akan tetapi kenyataannya untuk mencapai itu semua harus ada faktor koreksi. Manusia akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan fisik. Manusia mengisi jiwanya dengan berbagai ilmu pengetahuan, filsafat, seni, agama agar bahagia. Manusia selalu dihantui rasa takut, gelisah, rasa lapar, rasa kawatir. Akan merasa kenyang jika pernah lapar, merasa tenang dan aman jika pernah takut, merasakan terang jika pernah dalam kegelapan, merasa hangat jika pernah kedinginan, merasakan kasih Tuhan jika pernah berdosa, merasakan sorga atau neraka jika sudah mati. Ketika manusia masih hidup dalam alam jasmani maka manusia akan selalu mencari dan mencari kehidupan yang ideal, namun tak pernah menemukannya. Selama perjalan hidup tersebut manusia akan bekembang ke arah lebih baik atau lebih buruk. Itulah hidup sejati.
            Yesus berkata “tidak ada seorangpun yang benar dihadapan Allah satupun tidak.” Karena tidak ada orang benar maka yang ada adalah manusia yang berusaha hidup benar. Usaha inilah yang membuahkan banyaknya agama di muka bumi ini. Setiap manusia dalam hatinya menyadari adanya sesuatu kekuatan yang dahsyat, yang tak dapat  dijelaskan, yang tak dapat dipikirkan. Maka dari itu muncullah gagasan tentang adanya Tuhan, muncullah peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan. Setiap suku bangsa memiliki pandangan dan cara berbeda dalam mengekspresikan hubungannya dengan Tuhan. Tujuannya adalah untuk menyatu dengan pemilik dan pencipta alam semesta ini.
            Sayangnya justru agama-agama yang ada bukan berlomba-lomba melakukan kehendak Tuhan, melainkan secara tidak langsung saling menghakimi satu sama lain. Yesus bilang “carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya...” maka dari itu manusia tak semestinya membenarkan dirinya atau kelompoknya masing-masing. Karena kebenaran manusia tergantung kerangka acuannya dan kebenaran yang ideal itu milik Allah. Akan tetapi kita tidak tahu dengan pasti acuan kebenaran Allah. Sehingga kita perlu mencarinya, dengan berbagai upaya dan dengan pertolongan Tuhan sendiri. Untuk mencapai kebenaran ideal tersebut perlu faktor koreksi dan perjalanan panjang, dan kita akan menikmati hidup sejati dan sejatinya hidup.
            Dalam perjalanan panjang manusia itulah lahir berbagai perbedaan. Perbedaan memang benar-benar membedakan satu sama lain. Omang kosong bila manusia menyatakan mau menerima perbedaan, fakta yang terjadi adalah keinginan untuk sama. Yaitu sebisa mungkin orang lain sama dengan saya. Akan tetapi tidak semua orang mampu mempengaruhi orang lain. Maka demi mempersatukan manusia, dibuatlah alasan-alasan kamanusiaan diantaranya persamaan hak, persamaan gaya hidup. Dari sinilah muncul perpecahan, perang dan kebencian. Mulanya manusia ingin menguasai yang lain, ingin orang lain sama dengan dirinya maka siapa yang terkuat dialah yang unggul, yang lemah melawan sehingga munculah peperangan pada setiap peradaban.Perang itu berbagai macam wujudnya, dari perang fisik sampai perang doktrin. Orang akan berusaha agar dunia ini satu budaya, satu agama. Dan berbagai-bagai cara dilakukan untuk saling berlomba, saling menyebarkan pengaruh. Awalnya saling menerima, tapi berikutnya saling menjatuhkan. Tujuannya satu, setiap insan ingin jadi pemenang dalam segala hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar