Rabu, 24 Mei 2017

TRI BUWANA



"Ayah, jika kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, bagaimana membedakan jiwa dan roh?" Jaya kecil bertanya dengan polos.

"Saat manusia diciptakan oleh tangan Tuhan dengan material tanah itulah tubuh yang dikendalikan oleh panca indra. Sesudah itu Tuhan menghembuskan nafas pada tanah ciptaannya sehingga manusia hidup, nafas yang Tuhan hembuskan adalah bagian dari Roh Tuhan itu sendiri itulah roh manusia. Manusia bukan robot yang dikendalikan Tuhan, manusia adalah rekan Tuhan maka manusia diberi pikiran, perasaan dan kehendak di sanalah letak jiwa. Kau tahu orang gila disebut apa?"

"Sakit jiwa ayah."

"Bukan sakit roh kan? Gila adalah salah satu sakit jiwa, namun tak semua sakit jiwa adalah gila."

"Berarti ada banyak sakit jiwa?"

"Kata seorang dokter yang mengajar saat ayah ikut penyuluhan kader kesehatan, setiap manusia memiliki sakit jiwa, dengan tingkat keparahan yang berbeda."

"Berarti Jaya punya sakit jiwa, ayah juga?"

"Benar anakku, ketika kita resah, gelisah, merasa tertekan, putus asa bukan tubuh jasmani yang merasakan sakit namun jiwa kitalah yang sakit. Jika tak diobati, meningkat jadi stress, stress yang berkepanjangan bisa mengakibatkan penyakit yang lainnya, hingga tingkat tertinggi ialah gila."

"Obatnya apa? Bila tubuh yang sakit alam semesta menyediakan obatnya, jika batuk diobati kencur, diare daun jambu muda dan sebagainya. Bila jiwa kita yang sakit?"

"Olah pikiran dan olah rasa le. Pikiran adalah pusat kendali manusia, setiap gerak tubuh dikendalikan pikiran dan kehendak."

"Ada yang tidak ayah. Detak jantung, nafas semua berjalan tanpa perintah otak."

"Kau benar. Namun kau bisa mempercepat detak jantung dan tarikan nafas, bila otak memerintahkan kaki untuk berlari sekuat tenaga. Hanya otak tak bisa menghentikan kinerja jantung."

"Bagaimana dengan roh?"

"Roh ialah sejatinya manusia itu sendiri, tanpa roh manusia akan mati. Bila manusia mati yang mati hanyalah tubuh jasmaninya saja. Roh yang akan kembali ke Tuhan, atau dibuang ke lautan api yang kekal . Bagaimana roh itu setelah mati ditentukan oleh apa yang kita lakukan selama hidup ini. Pada dasarnya roh manusia itu suci, namun setelah menempati badan jasmani maka roh akan tercemar oleh keinginan panca indra. Sesungguhnya setiap manusia bisa mendengarkan hatinya yang murni. Contoh, kamu pasti pernah ingin berbuat jahat namun perasaanmu mengatakan jangan."

"Ia, Jaya pernah mengalaminya. Ada keragu-raguan dan rasa takut."

"Itu ialah suara roh kita, kamu bisa melawannya dengan pikiran. Lalu setelah kau lakukan kesalahan ada rasa penyesalan bukan?"

"Benar."

"Namun manusia lebih sering menggunakan pikirannya, berusaha membunuh suara hatinya. Lama kelamaan setelah melakukan kejahatan yang sama secara berulang-ulang, suara itu semakin lemah akhirnya mati tak terdengar, atau disebut mati rohani."

"Apakah roh kita jadi mati?"

"Itu hanya istilah saja, artinya manusia dikendalikan oleh hawa nafsunya. Jika manusia bisa mengendalikan hawa nafsunya, maka roh itu akan terdengar lagi."

"Bagaimana caranya."

"Kecenderungan manusia berbuat jahat. Sejak awal manusia diciptakan, sebenarnya sangat akrab dengan sang pencipta. Bahkan manusia mempunyai wewenang menguasai isi bumi ini. Akan tetapi sesudah manusia mendengarkan bujukan iblis, maka manusia terpisah dari sang pencipta. Kekuasaan di bumi akhirnya menjadi milik iblis."

"Maksudnya iblis yang mengusai bumi yang kita pijak ini ayah?"

"Benar anakku, secara sederhana kugambarkan begini. Permukaan bumi ini dihuni oleh manusia, hewan dan tumbuhan. Lalu di udara dikuasai oleh iblis, di atasnya lagi baru ada Tuhan. Maka hubungan manusia dan Tuhan dipisahkan oleh wilayah iblis. Namun demikian Tuhan sangat sayang pada manusia, Tuhan ingin mengembalikan hubunganNya dengan manusia. Tuhan telah memilih beberapa manusia di masa lalu, memberi banyak peraturan agar manusia bisa kembali pada hakekatnya yang suci. Namun setiap manusia yang dipilih juga tak luput dari kesalahan. Demikian juga dipihak manusia tak sedikit yang berusaha hidup suci, dengan cara mematikan keinginan jasmani hingga tapa brata dengan tujuan moksa, yaitu mati jiwa dan raganya hilang tak meninggalkan jasad. Namun tak semua manusia berhasil, baik usaha Tuhan melalui peraturan, maupun usaha manusia untuk menyucikan diri. Bahkan, tak sedikit dalam perjalanan spiritual manusia yang tujuan awalnya ingin mencari Tuhan disesatkan oleh Iblis. Sebab iblis jauh lebih pintar dari manusia."

"Berarti sulit ya untuk mengembalikan roh kita menjadi suci."

"Sulit bukan tak berarti tak bisa bukan. Karena manusia tak mampu maka Tuhan sendiri turun dalam wujud manusia. Ia memberi teladan dalam menjalani hidup sehari-hari. Tuhan tak lagi mengajar dengan kata-kata, namun kata-kata itu mewujud dalam rupa manusia dan menggunakan nama Yesus. Untuk menghapus penghalang antara manusia dan Tuhan yang dibatasi wilayah iblis, maka kekuasan iblis atas bumi harus direbut kembali. Dalam merebut kekuasaan itu harus ada pengorbanan darah manusia yang suci. Karena manusia tak ada yang memenuhi syarat maka Tuhan sendiri dalam wujud manusia mengorbankan darahnya untuk menghapus kesalahan manusia, dengan demikian kekuasaan iblis telah dilucuti, tapi tak sepenuhnya kembali menjadi milik manusia. Hanya manusia yang percaya pada penebusan darah Tuhan yang memiliki hak. Namun dalam perjalan hidup manusia, tak mungkin lurus. Sebab keinginan panca indra, pikiran, kehendak masih ada. Maka Roh Tuhan sendiri yang akan menuntun roh manusia agar tidak jatuh dan mengajari tentang kebenaran."


Jaya termenung, fikiran melayang melintasi jagad raya, berjalan menelusuri waktu, hingga tak sadar seorang wanita dengan tulang pipi menonjol, hidung pesek, rambut bergelombang, kulit jauh lebih cerah dari Jaya, mengenakan kaos kuning duduk sebelahnya.

"Abang melamun." Sapa sang Wanita.

"Aku teringat ayah Nadia."

"Ayah bang Jaya sudah bahagia bersama Tuhan, tak perlu dicemaskan lagi. Yang perlu difikir adalah kita yang masih di dunia ini."

"Benar Nad, akhir-akhir ini aku galau dengan pekerjaanku. Dulu begitu idealis tak ingin merusak alam, namun sekarang lihat apa yang kukerjakan. Dan aku gagal mendapatkan pekerjaan lain yang sesuai idealismeku dulu."

"Sudahlah bang, jangan merasa bersalah. Abang tak merusak alam. Bumi ini meskipun ditambang, bumi akan tetap ada sebab hasil bahan galian masih di bumi tak pindah ke lain planet bukan. Selain itu pekerjaan abang bukankah mengubah bahan baku menjadi bahan yang lebih bernilai baik secara fungsi maupun ekonomis. Tanah dan bahan mineral tambang lainnya digali dari tempatnya, diproses dibakar dengan gas alam yang dari hasil tambang juga sehingga menghasilkan keramik indah. Tanah, air, udara, api disatukan menghasilkan karya seni berupa bata, semen, keramik semuanya adalah karya peradaban yang dibutuhkan sebagai tempat tinggal manusia. Jadi kita tidak merusak alam melainkan, memanfaatkan alam. "

"Memang dari satu sisi aku menghasilkan karya seni peradaban. Di sisi lain bekas galian tambang sebagai bahan baku menyisakan masalah lingkungan tersendiri."

"Ya. Namun itu bukan tanggungjawabmu, siapa yang empunya lahan, siapa yang memberi perijinan, bukan kita kan. Jika kita diberi rezeki memiliki tanah luas, itu hak kita untuk diapakan. Apakah kita jadikan hutan, ladang, sawah, pusat perbelanjaan, atau area tambang itu hak kita bang. Akan tetapi siapa kita saat ini. Abang hanya buruh, hanya pelaku. Kita syukuri saja apa yang kita miliki sekarang. Bukankah sudah lebih baik jika kita bisa makan setiap hari, punya pakaian dan tempat tinggal. Tak perlu berlebih seperti para pengusaha yang abang bilang merusak alam."

"Iya Nad."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar