Kupikir
aku adalah anak orang miskin yang beruntung di negeri ini, kenapa beruntung
karena aku masih bisa sekolah meskipun ayah selalu datang minta dispensasi Test
Hasil Belajar (THB) saat SD dan juga jarang dapat raport karena belum bayar
SPP. Namun setelah dewasa aku bertemu banyak orang yang mengalami nasib hampir
sama. Aku menyimpulkan bahwa bukan keluargaku yang miskin tetapi bangsa
Indonesia waktu aku kecil masih di bawah garis kemiskinan, dengan dinding rumah
dari anyaman bambu, makan singkong saat tak ada nasi, makan daging ayam jika
Lebaran Idul Fitri, sekolah jalan kaki, sepatu berlubang di kelingking, Kawan
sekelasku namanya Hendrikus Durma, kami memanggilnya Lalong artinya anak yatim
dari bahasa asalnya NTT, dia sekolah sambil jualan kerupuk. Namun kami tidak
mengeluh, kami bahagia dengan proses. Perkataannya yang masih terngiang dan
menjadi semangatku saat kami lulus SD adalah, “aku anak pertama dan harus
membantu ibu mencari nafkah, tetapi aku harus lanjut SMP karena aku butuh ilmu
pengetahuan.”
Berikut adalah kisah seorang anak
Gombong, Kebumen. Namanya Untung dia jauh lebih tua dari umurku, artinya
semakin senior manusia dilahirkan di bumi pertiwi semakin miskin kondisi negeri
ini. Tetapi itu bukan masalah, semua adalah proses. Setiap angkatan punya
masalahnya sendiri. Setidaknya aku bersyukur tidak lahir seangkatan Kakekku
yang berjuang melawan penjajah. Setamat SD mas Untung tak bisa sekolah, ia
menjadi buruh panjat pohon kelapa milik tetangga, dengan system mengambil 5
buah kelapa tua 4 buah untuk pemilik pohon dan 1 buah untuk dia. Ia memanjat di
12 kebun secara bergantian, upah buah kelapa dia jual dan uangnya di tabung.
Selain itu ia meminta pelepah kelapa yang telah tua setiap kali memanjat,
sesampainya di rumah pelepah kelapa tersebut ia keringkan. Dalam hatinya ia
ingin sekolah namun tak ingin membebani orang tuanya. Dari hasil menjual kelapa
selama setahun ia membeli sepeda bekas, seragam bekas, sepatu, buku, dan
pelepah kelapa yang setahun dikumpulkan dijualnya sekaligus, sebagian hasilnya
untuk mendaftar sekolah. Mujizat selalu terjadi pada setiap orang yang berharap
pada Tuhan. Masuk di SMP Muhammadiyah rupanya ada program orang tua asuh,
sehingga mas Untung tak perlu bayar SPP. Namun dia butuh buku, seragam, uang
jajan. Otaknya berfikir bagaimana caranya agar tidak minta ibu, ia minta
bantuan ibunya untuk membuatkan gorengan combro, keripik, bakwan. Seusai sholat
subuh dibawalah jajanan tersebut ke sekolah dengan sepeda kesayanganya. Karena
masih malu, ia berpesan pada penjaga kantin untuk tidak memberi tahu siapa
pemilik jajanan tersebut. Hingga lulus SMP hanya Satpam dan 1 orang penjaga
kantin yang tahu.
Tamat SMP lagi-lagi memiliki masalah
yang sama, namun berkat usaha ayahnya ia bisa masuk ke Sebuah Pondok pesantren
di Jawa Barat. Pondok pesantren tersebut menampung dari 27 Provinsi di
Indonesia, dari Jawa tengah ada 2 orang yakni Boyolali dan Kebumen. Total
angkatan mas Untung adalah 29 orang terdiri dari 12 santri dan sisanya
santriwati. Di tempat inilah suatu hari diundang acara oleh presiden Habibie.
Dan hanya 3 orang terbaik yang mewakili pondok pesantren, salah satunya Mas Untung.
Suatu kebanggaan anak kampung bisa berjabat tangan dengan presiden dan sholat
jum’at bersama pahlawan Revolusi A.H. Nasution. Setiap hari selepas Asar sampai
jam lima sore, semua santri dan santriwati bebas memilih program keahlian, ada
yang masak, menjahit, elektonik, mas Untung mengambil kursus Las. Rupanya benih
cinta seorang remaja mulai tumbuh, dan demi bisa bertemu melihat paras gadis
yang ia kagumi mas Untung sering pergi ke kursus salon. Dari sanalah ia belajar
memotong rambut. Dan mulailah ia mencukur rambut santri-santri lainnya,
upahnya ia kumpulkan.
Saat senggang mas Untung memandang
tanah kosong milik Pondok. Otaknya berfikir, lalu ia memberanikan diri bicara
ke pengasuh untuk menggarap sebagian tanah kosong tersebut untuk ditanami
terong. Permintaannya dikabulkan, saat yang lain bermain basket atau olah raga
lain, ia sendirian mulai menggarap sepetak tanah dan meminta dibelikan bibit
dengan system bagi hasil. Hasil penjualan terong rupanya menjadi inspirasi
kawan-kawannya, dan akhirnya semua tanah di garap bersama tak hanya terong
tetapi juga cabai dan sayuran lainya mereka kerjakan. Ada sebuah hadiah berupa
uang bagi yang Khatam Quran, jadi semakin sering Khatam maka semakin banyak
uang hadiahnya. Setahun berlalu, semua mendapat uang saku untuk kembali ke
kampung halaman masing-masing. Dengan bermodalkan uang cukur rambut, Khatam
Quran, Terong dan uang saku terakhir mas Untung kembali ke Gombong, tujuannya
satu ia harus masuk SMA. Masuk SMA Muhammadiyah kelas 1 ia melakukan hal yang
sama menitipkan jajanan ke kantin seusai sholat subuh dan masih tersembunyi.
Kelas 2 ia sudah tak malu lagi, dan mulai membuka praktek cukur rambut.
Usai SMA cita-citanya sebagai
Sarjana Ekonomi tak tercapai hanya mampu menempuh D1 di STIE. Berbagai profesi
telah ia jalani, mulai buruh pabrik, satpam, ngamen dan tentu saja cukur
rambut. Tidak kuliah bukan berarti berhenti belajar, buku apapun yang berhubungan
dengan ekonomi dan bisnis ia lahap. Dengan berjalannya waktu Tuhan memberinya
ide, dan ia ambil kesempatan yang ada. Saat ini ia memproduksi sabun cair dan
sedang meneliti herbal. Banyak pengalaman pahit dan manis yang ia alami namun
yang dapat di ringkas adalah :
Berbuatlah baik
pada semua orang, jangan mengharap balasan baik. Jika kita berbuat baik pada Si
A belum tentu Si A merespon baik, tapi lakukanlah yakinlah hasilnya pasti baik.
Suatu saat pasti Tuhan kirim si B yang akan membalas kebaikan kita. Saat ada
masalah, jangan panik ambil waktu menyendiri tanya sama Tuhan apa yang ia
inginkan, pasti Tuhan kasih jalan keluar. Ada kalanya terjadi kasus seperti ini
si C dan si D, si C merasa lebih taat beribadah. Ini hanya perasaan si C, belum
tentu di mata Tuhan seperti itu. Lalu si C dan si D memiliki masalah yang sama,
mereka berdoa minta rezeki 100 ribu. Namun apa yang terjadi si D dijawab
doanya, si C tidak dapat 100 ribu. Mau protes, tidak bisa manusia protes, kalau
menggerutu wajar. Kenapa manusia merasa tak adil karena manusia tak memahami
maksud Tuhan, bisa jadi Tuhan ingin memberi si C lebih dari 100 ribu tapi bukan
sekarang, atau bisa jadi Tuhan masih kangen pingin dengar suara si C, pingin
ngobrol. Manusia terdiri dari tiga bagian yakni leher ke atas adalah setan,
leher sampai pusar adalah malaikat, pusar ke bawah adalah hewan. Tuhan memberi
kita kebebasan untuk melakukan apa yang kita inginkan, namun ingat Tuhan sudah
memberi kita panduan agar kita menggunakan hati mengendalikan pikiran serta
hawa nafsu agar kita bersifat sebagai malaikat. Setiap tindakan, setiap ingin
melangkah tanyakan dulu ke Tuhan, pasti Tuhan memberi petunjuk lewat hati
nurani kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar