Selasa, 07 Januari 2020

DIA BUKAN ARWAH (Nasehat Senior)




            “Kami tidak tahu harus mulai dari mana?” Suara bassist d’rumus di hadapan keempat anggota dargom, ia juga didampingi semua anggota d’rumus, tak ketinggalan Sari juga ikut. “Dengarkan baik-baik, kalian telah salah menangkap perkataan kami, tapi tak sepenuhnya kalian salah. Bisa jadi karena banyaknya pertanyaan dari peserta waktu itu, sehingga kami kurang bisa menampung semuanya, dan informasi yang kalian terima tak sepenuhnya sama seperti yang kami sampaikan.”
            “Begini saja, lebih baik kami jelaskan dari sejarah manusia ada,” Gitaris d’rumus menambahkan, “agar semuanya jelas.”
            “Itu terlalu bertele-tele mas bro,” Sang Vocalis d’rumus menyela. “Semua sudah tahu bagaimana Tuhan menciptakan manusia. Langsung saja pada kondisi dunia. Dunia dibagi menjadi tiga, yaitu dunia para malaikat, dunia iblis, dunia manusia, semua di bawah kekuasaan Tuhan, namun Tuhan memberikan kehendak bebas pada mahluk ciptaanNya. Malaikat memilih patuh, iblis memilih memberontak, manusia bimbang. Ya dalam hati, manusia ingin kembali ke Tuhan tetapi iblis berusaha membelokkan keinginan manusia. Sampai di sini bagaimana?”
            “Kami rasa semua itu kami paham,” jawab Dani, “masalahnya apa yang terjadi pada kami, khususnya pada diriku sehingga aku menyeret Rudi dan Goprak.”
            “Kalian masih bersyukur karena Mahesa tidak mau bergabung dengan apa yang kalian lakukan.” Drummer d’rumus menimpali, “Dan meskipun Mahesa tidak lagi bergabung namun dia masih peduli dengan jiwa kalian, Mahesa dengan bantuan Sari berusaha mencari kami. Dargom tetap mencantumkan “M” pada singkatan band kalian, itu menunjukan bahwa sebenarnya roh kalian saat awal mendirikan band ini masih utuh. Hanya saja kalian sempat bimbang di tengah jalan. Arwah yang mendampingi kalian sesungguhnya bukanlah arwah, ya dia bukan arwah, dia adalah salah satu anggota kerajaan iblis yang menyamar menjadi arwah. Sebab setiap manusia yang mati rohnya akan terpisah dari dunia manusia, mereka tak lagi bisa berkomunikasi dengan manusia, hanya roh-roh penguasa kegelapan yang menyamar menjadi arwah manusia, roh itulah yang selama ini membantu kalian. Perlu kalian ketahui…..”
            Belum sempat  drummer d’rumus  melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Diiringi kilat yang menyambar-nyambar, angin puting beliung menyambar kafe tempat mereka nongkrong. Sontak saja semua berlarian mencari perlindungan, atap kafe terlempar, meja, kursi porak poranda. Semua berlarian ke arah dapur yang bangunannya masih kokoh. Lima menit kemudian segalanya reda, langit mendadak jadi cerah dengan bermunculan bintang-bintang. Dargom, d’rumus, Sari serta beberapa pengunjung membantu membereskan meja dan kursi yang berserakan, sementara sebagian besar pengunjung langsung meninggalkan tempat. Para penjaga café beberapa kali mengucapkan terimakasih karena telah dibantu.
            “Dani?” Sari seolah baru sadar. “Dimana Dani, dari tadi kita di dapur aku tidak melihatnya.”
            “Mungkin sudah pulang, bersamaan pengunjung lainnya.” Jawab Goprak.
            “Tidak mungkin.” Rudi menunjuk ke arah parkiran. “Itu sepeda motornya, masak pulang jalan kaki.”
            “Coba kucek di toilet.” Mahesa bergegas ke toilet. “Tidak ada orang.” Dia kembali ke teman-temannya.
            “Kalian tenang, jangan panik.” Vocalis d’rumus bicara sambil memejamkan mata. “Teman kalian masih di sini, namun berada di dunia yang berbeda.”
            “Maksudnya? “ Sari semakin panik.
            “Tenang Sar,” Mahesa mencoba menangkan, “Kita ikuti saja petunjuk d’rumus.”
            “Kita pulang dulu ke tempat tinggal masing-masing.” Gitaris d’rumus memberi saran. “Besok pagi kita berkumpul lagi, tempatnya besok aku share lokasinya. Malam ini semua berdoa sebelum tidur.”
            Semua mengagguk dan mereka bubar, Rudi dan Goprak agak berat melangkah, namun Mahesa memaksa mereka berdua.
            Saat tiba-tiba datang hujan, angin dan petir semua orang panik berlarian, Dani tetap tenang di tempat duduknya. Ketika hujan reda semua orang telah hilang meninggalkan ia sendirian. Dani ingin beranjak dari posisi duduknya, namun dibatalkan karena dihadapannya kini duduk seorang pria berjaket kulit.
            “Mau ke mana Dani?”
            “Maaf Uwak, aku harus pulang.” Jawab Dani pada pria di depannya.”Kita tidak bisa bekerjasama lagi.”
            “Apa katamu?” Uwak tersenyum. “Lihatlah kawan-kawanmu itu, saat hujan datang mereka pergi meninggalkanmu. Hanya aku yang bisa menolongmu Dani. Ingat kau dan aku sudah menjadi satu jiwa, karya dargom adalah karyaku juga. Setelah sekian lama aku membantumu, lalu datang kawanmu yang bernama Mahesa kau sudah lupa, kalian tenar karena siapa. Mahesa hanya iri Dani, dia tidak mau bergabung denganmu, sekarang dargom tenar tanpa Mahesa, itu karena aku Dani, karena aku.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar