“Kami tidak tahu harus mulai dari
mana?” Suara bassist d’rumus di hadapan keempat anggota dargom, ia juga
didampingi semua anggota d’rumus, tak ketinggalan Sari juga ikut. “Dengarkan
baik-baik, kalian telah salah menangkap perkataan kami, tapi tak sepenuhnya
kalian salah. Bisa jadi karena banyaknya pertanyaan dari peserta waktu itu,
sehingga kami kurang bisa menampung semuanya, dan informasi yang kalian terima
tak sepenuhnya sama seperti yang kami sampaikan.”
“Begini saja, lebih baik kami
jelaskan dari sejarah manusia ada,” Gitaris d’rumus menambahkan, “agar semuanya
jelas.”
“Itu terlalu bertele-tele mas bro,”
Sang Vocalis d’rumus menyela. “Semua sudah tahu bagaimana Tuhan menciptakan
manusia. Langsung saja pada kondisi dunia. Dunia dibagi menjadi tiga, yaitu
dunia para malaikat, dunia iblis, dunia manusia, semua di bawah kekuasaan
Tuhan, namun Tuhan memberikan kehendak bebas pada mahluk ciptaanNya. Malaikat
memilih patuh, iblis memilih memberontak, manusia bimbang. Ya dalam hati,
manusia ingin kembali ke Tuhan tetapi iblis berusaha membelokkan keinginan
manusia. Sampai di sini bagaimana?”
“Kami rasa semua itu kami paham,”
jawab Dani, “masalahnya apa yang terjadi pada kami, khususnya pada diriku
sehingga aku menyeret Rudi dan Goprak.”
“Kalian masih bersyukur karena
Mahesa tidak mau bergabung dengan apa yang kalian lakukan.” Drummer d’rumus
menimpali, “Dan meskipun Mahesa tidak lagi bergabung namun dia masih peduli
dengan jiwa kalian, Mahesa dengan bantuan Sari berusaha mencari kami. Dargom
tetap mencantumkan “M” pada singkatan band kalian, itu menunjukan bahwa
sebenarnya roh kalian saat awal mendirikan band ini masih utuh. Hanya saja
kalian sempat bimbang di tengah jalan. Arwah yang mendampingi kalian
sesungguhnya bukanlah arwah, ya dia bukan arwah, dia adalah salah satu anggota
kerajaan iblis yang menyamar menjadi arwah. Sebab setiap manusia yang mati
rohnya akan terpisah dari dunia manusia, mereka tak lagi bisa berkomunikasi
dengan manusia, hanya roh-roh penguasa kegelapan yang menyamar menjadi arwah
manusia, roh itulah yang selama ini membantu kalian. Perlu kalian ketahui…..”
Belum sempat drummer d’rumus melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba hujan
turun dengan lebatnya. Diiringi kilat yang menyambar-nyambar, angin puting
beliung menyambar kafe tempat mereka nongkrong. Sontak saja semua berlarian
mencari perlindungan, atap kafe terlempar, meja, kursi porak poranda. Semua
berlarian ke arah dapur yang bangunannya masih kokoh. Lima menit kemudian
segalanya reda, langit mendadak jadi cerah dengan bermunculan bintang-bintang.
Dargom, d’rumus, Sari serta beberapa pengunjung membantu membereskan meja dan
kursi yang berserakan, sementara sebagian besar pengunjung langsung
meninggalkan tempat. Para penjaga café beberapa kali mengucapkan terimakasih
karena telah dibantu.
“Dani?” Sari seolah baru sadar.
“Dimana Dani, dari tadi kita di dapur aku tidak melihatnya.”
“Mungkin sudah pulang, bersamaan
pengunjung lainnya.” Jawab Goprak.
“Tidak mungkin.” Rudi menunjuk ke arah
parkiran. “Itu sepeda motornya, masak pulang jalan kaki.”
“Coba kucek di toilet.” Mahesa
bergegas ke toilet. “Tidak ada orang.” Dia kembali ke teman-temannya.
“Kalian tenang, jangan panik.”
Vocalis d’rumus bicara sambil memejamkan mata. “Teman kalian masih di sini,
namun berada di dunia yang berbeda.”
“Maksudnya? “ Sari semakin panik.
“Tenang Sar,” Mahesa mencoba
menangkan, “Kita ikuti saja petunjuk d’rumus.”
“Kita pulang dulu ke tempat tinggal
masing-masing.” Gitaris d’rumus memberi saran. “Besok pagi kita berkumpul lagi,
tempatnya besok aku share lokasinya. Malam ini semua berdoa sebelum tidur.”
Semua mengagguk dan mereka bubar,
Rudi dan Goprak agak berat melangkah, namun Mahesa memaksa mereka berdua.
Saat tiba-tiba datang hujan, angin
dan petir semua orang panik berlarian, Dani tetap tenang di tempat duduknya.
Ketika hujan reda semua orang telah hilang meninggalkan ia sendirian. Dani
ingin beranjak dari posisi duduknya, namun dibatalkan karena dihadapannya kini
duduk seorang pria berjaket kulit.
“Mau ke mana Dani?”
“Maaf Uwak, aku harus pulang.” Jawab
Dani pada pria di depannya.”Kita tidak bisa bekerjasama lagi.”
“Apa katamu?” Uwak tersenyum.
“Lihatlah kawan-kawanmu itu, saat hujan datang mereka pergi meninggalkanmu.
Hanya aku yang bisa menolongmu Dani. Ingat kau dan aku sudah menjadi satu jiwa,
karya dargom adalah karyaku juga. Setelah sekian lama aku membantumu, lalu
datang kawanmu yang bernama Mahesa kau sudah lupa, kalian tenar karena siapa.
Mahesa hanya iri Dani, dia tidak mau bergabung denganmu, sekarang dargom tenar
tanpa Mahesa, itu karena aku Dani, karena aku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar