Sabtu, 08 Juli 2017

Warisan Majapahit (RANCANGAN PEMBALASAN)


Dua manusia masing-masing terikat pada sebuah kursi, kepala mereka ditutupi kain hitam. Ketika tutup kepala dibuka oleh seorang berbadan kekar, rambut panjang bergelombang, kumis dan jenggot dicukur rapi, mengenakan kaos hitam tanpa lengan sehingga tampak tato elang jawa di lengan kirinya, tampak jelas orang pertama ialah seorang pemuda, rambut agak kaku sehingga terkesan berdiri, kulit kuning, sebuah tanda lahir berwarna merah ada di pipi sampai pelipis kiri, sebelahnya seorang lelaki berbadan kekar, kulit gelap terbakar matahari, dahi dan kelopak mata berkeriput selaras dengan rambutnya yang dominan memutih. Pria bertato membuka lakban yang melekat pada kedua mulut sandranya.

"Kris." Kata si lelaki beruban kepada pemuda yang memiliki tanda lahir.

"Paman Parman." Si pemuda yang memiliki tanda lahir juga bicara hampir bersamaan.

Keduanya langsung mengalihkan pandangan pada sesosok pria keriting berbadan kekar yang duduk di depan mereka dibatasi oleh meja yang berisi makanan antara lain bebek bakar, gurami asam manis, nasi putih, es kelapa muda. Pria keriting tersebut memberi aba-aba dengan tangannya pada pria bertato. Paham dengan kode tersebut pria bertato melepaskan ikatan pada lengan Kris dan Parman, dan iapun segera berlalu meninggalkan ruangan.

"Saya Adi Bhaskara." Si pria keriting memperkenalkan diri "Maafkan ketidak sopanan anak buah saya. Tentu kalian lapar bukan silakan makan dan minum sambil kita bicara." Iapun langsung mengambil nasi serta lauk.

"Tunggu dulu." Parman bicara. "Anda menculik kami dan sekarang mengajak makan. Maksud anda apa. Lagipula kami ini orang miskin anak saya tak akan bisa menebus, demikian juga orang tua Kris."

"Jangan menghakimi jika tak ingin dihakimi." Kata Adi setelah menelan nasi yang ada pada mulutnya. "Saya tak butuh uang kalian, ada yang lebih berharga dari uang. Lebih baik kalian makan agar ada tenaga. Baru kita bicara."


"Kami tidak akan makan sebelum anda menjelaskan." Parman menanggapi, sementara Kris hanya diam menahan perutnya yang demo sedangkan mau makan gengsi di depan Parman.

"Baiklah jika begitu. Tunggu saya selesai makan baru saya bicara. Kalian boleh diam tidak boleh melakukan gerakan kecuali makan dan minum, saya rasa kalian tak ingin lagi  berurusan dengan anak buahku." Usai bicara Adi meneruskan makan, sementara Parman tetap diam, Kris menelan ludah.

Jam begitu lambat bagi Kris dan Parman, hingga Adi selesai makan minum langsung angkat bicara. "Ini tempat peristirahatan pribadi saya, di belakang rumah ini adalah lereng gunung dan masih hutan lebat, jika kalian ke teras pada malam hari akan melihat lampu kota berkelip di bawah sana. Kanan kiri juga masih hutan, tempat yang ideal bukan, tanpa ada gangguan polusi udara, air dan suara. Kalian akan tinggal di sini selama selapan dan tiap sepasar jumlah kalian akan bertambah. Pada mulanya saya hanya ingin Kris saja tapi berubah pikiran. Semua fasilitas di tempat ini boleh kalian gunakan, ada tukang masak, cuci pakaian, oh ya pakaian kalian tak bawakan? Karena mendadak maka saya pinjami. Juga penjaga kebun sekaligus penjaga kalian, jangan berani kabur karena saya sendiri tidak sanggup mengatakan apa akibatnya."

"Tunggu dulu." Kris angkat bicara. "Tujuan anda apa. Selapan dan sepasar itu hitungan apa?"

"Dasar orang jawa kehilangan jawanya. Parman jelaskan pada Kris." Kata Adi.

"Istilah selapan atau salapan dipakai di beberapa tempat dengan pengertian yang berbeda-beda. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia tahun  1951 karangan  Poerwadarminta  kata selapan dalam bahasa Melayu berarti delapan dan dalam bahasa Sunda berarti sembilan. Kata selapan atau salapan dalam bahasa Jawa dimaksudkan 35 hari atau 7 pasaran. Dalam bahasa Jawa sepasar berarti 5 hari, sedang sepekan dalam bahasa Indonesia satu minggu atau 7 hari. Jadi sepasar tidak sama dengan sepekan." Parman menjelaskan. "Dalam tradisi Jawa selapanan dimaksudkan sebagai suatu upacara syukur atas kelahiran bayi yang tepat berusia 35 hari. Misalnya, bayi lahir pada Minggu Kliwon maka pesta selapanan tepat pada hari Minggu Kliwon berikutnya. Seperti kita ketahui bahwa di Jawa orang masih menghitung hari menurut hitungan 7 hari dalam 1 minggu dalam Kalender Masehi yang mengikuti hitungan matahari yaitu sapta wara meliputi Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan hitungan 5 hari dalam 1 pasaran dalam Kalender Jawa yang mengikuti hitungan bulan yaitu pancawara meliputi Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi atau Umanis dalam kalender Saka. Jadi, selapan = 7 x 5 = 35 hari."

"Ya saya paham." Tukas Kris.



"Sekarang saya lanjutkan. Simak baik-baik." Adi Bhaskara berkata. "Kris dan anak anda pak Parman serta teman-teman lainnya yang berjumlah tujuh orang membuat organisasi kemanusiaan bernama Kala Hitam. Sayangnya mereka bertujuh adalah orang miskin yang ingin membantu orang miskin lainnya. Mereka tak punya dana untuk mendanai kegiatan sosial mereka dan karena tak ada donatur maka mereka mencuri."

"Apa.!?" Parman geram. "Kris apa benar yang pak Adi katakan."

"Tak sepenuhnya benar paman Parman." Kris tertunduk, wajahnya memerah.

"Tak sepenuhnya benar katamu. Berarti ada unsur benarnya." Suara Parman keras.

"Sabar pak Parman." Adi bicara dengan santai setelah meletakkan gelas yang baru saja diminum isinya. "Jangan langsung marah. Tujuan Kala Hitam mulia, tetapi sayangnya mereka menipu saya. Jadi mereka ini tak sepenuhnya mencuri melainkan meminjam tanpa ijin. Kala Hitam mengambil peninggalan leluhur kita, rata-rata arca dari batu. Mereka membuat tiruan dan menjual yang tiruan ke lelang bawah tanah, yang asli dikembalikan ke tempat mereka mengambil. Saya sebagai kolektor benda asing mengikuti lelang bawah tanah, tujuannya agar benda-benda peninggalan nenek moyang kita jangan sampai jatuh ke tangan asing agar anak cucu kita kelak tak perlu ke Leiden atau London untuk belajar tentang leluhurnya. Dan mereka telah memalsukan ornamen Garudeya milik museum Mpu Tantular yang terbuat dari emas 22 karat. Mengetahui saya ditipu maka saya meminta Kala Hitam menebus dosa-dosanya. Nanti Kris yang akan menjelaskan ke Pak Parman. "




Tidak ada komentar:

Posting Komentar