Kamis, 19 Juni 2025

Setiap orang memiliki kisah.

Pak Agus, kawanku bekerja masa lalunya ialah sales jamu. Sama seperti sales lainnya tentu saja ada target penjualan dan ketepatan tagihan. Untuk mendongkrak penjualan ia membeli kardus jamu bekasnya dengan memotong komisinya sendiri. Untuk apa kardusnya? Apakah di daur ulang? Saat itu belum terpikirkan untuk ditampung dijual kiloan, ia membeli per biji untuk dibakar. Tujuannya agar toko-toko semangat menawarkan jamunya. Bagaimana tagihan, jika lewat jatuh tempo komisi dipotong. Akahirnya ia membuat perjanjian dengan customer. Jika dalam setahun selalu membayar tagihan tepat waktu maka akan ada black bonus, lagi-lagi dengan mengambil sekian persen dari komisinya sendiri. Jika telat sekali saja, maka black bonus hilang. Setelah 12 tahun jadi sales, kini ia memilih jadi sopir. Profesi inilah yang mempertemukan kami, kini ia mengantarkanku ke Bandara.

Dari Juanda kami bertiga, aku pak Deni Procurement customer kami dan pak Herry Marketing tempatku bekerja. Kami sedang dalam perjalan dinas menangani komplain di Dumai. Sampai di Pekan Baru kami dijemput pak Heru yang sempat mengeyam kuliah di Semarang. Kami berempat memiliki banyak cerita masing-masing. Tentang tanah Riau yang kaya minyak, banyangkan minyak bumi di bawah minyak kelapa sawit di atas. Tapi kondisi kota-kotanya terlihat tua, jauh dibandingkan tanah jawa. Kalau diperkirakan secara visual kakayaan alam yang ada, harusnya Riau bisa semegah Dubai. Namun ke mana kekayaan itu pergi, semua orang yang kami temui baik para sopir, baik orang-orang di pabrik yang kami tinjau memiliki pandangan dan kesimpulan yang sama. Korupsi.

Pak Deny masih harus menyelesaikan pekejaannya di Dumai, tinggal kami berdua kembali ke Pekan baru. Melintasi tol ditengah kebun sawit. Yah.. kenangan hidupku tak lepas dari kelapa sawit, sejak kelas 3 SD ikut ayah transmigrasi ke Sanggau 1993, bekerja di Labuhan Batu 2010 semua sudah kutulis di https://pantaugambut.id/kabar/tiga-korban-peralihan-fungsi-lahan-gambut-masyarakat-adat-kelompok-pendatang-dan-keanekaragaman. Kini memori itu membakar jiwaku. Semua karena keputusan, jika ayah tidak memutuskan kembali ke jawa, jika aku tidak memutuskan kembali ke jawa. Mungkin aku masih berada ditengah perkebunan kelapa sawit untuk memperkaya penguasa yang katanya korup. Bang Zul, sopir yang mengantarkan kami memiliki masalah yang sama denganku, istri kami keguguran anak pertama dan kini kami dikaruniai anak kedua yang merupakan anugrah terindah bagi setiap keluarga. Tapi anak pak Herry paling istimewa, tiga bulan sebelum menikah calon istrinya harus oprasi pengangkatan kista, sehingga indung telurnya hanya setengah. Dan sebelum oprasi pihak keluarga serta calon suami harus menandatangani surat pernyataan bahwa 99% tidak akan bisa punya anak. Sejak menikah full berdoa dan terapi ke dokter, dengan penuh perjuangan akhirnya lahirlah anak pemberian Tuhan, anak yang kemungkinannya 1%. Setelah punya anak, indung terlur yang tinggal satu harus diangkat pula. Ada banyak kawan-kawanku yang masih berjuang untuk mendapatkan keturunan, bagi yang memiliki kesuburan tolinglah jangan sia-siakan anakmu, jangan terlantarkan mereka. Bagiku anak adalah 50% diriku secara jasmani.

Kami sempat makan malam dengan adik ipar pak Hery, yang menyuplai produknya ke badan milih pemerintah. Dan betapa sulitnya menagih ke pemerintah. Aku melihat banyak orang yang lebih susah dalam pekerjaannya, terlebih buruh-buruh borongan yang sempat kami temui, tanpa pengaman, tanpa peralatan yang memadai, hanya mengandalkan otot untuk menghidupi anak dan istrinya. Di pabrik aku dan pak Herry tidak pernah mengobrol, hanya menyapa dan pertemuan kami hanya di ruang meeting kalau ada audit customer. Tapi justru ketika kami di tanah Sumatra punya kesempatan bercerita bagaimana ia yang merasa tidak mampu melakukan tugas yang sangat berat namun dengan mengandalkan Tuhan semua bisa dilalui. Dengan kolaborasi doa dan tindakan semua akan bisa dilalui. Menjadi berkat bagi orang lain dimulai dari keluarga, kedua rekan-rekan sekerja. Dengan melancarkan pekerjaan teman-teman, maka kita akan menjadi saluran berkat bagi keluarga mereka. Yang tak kalah penting adalah suport doa anak istri, bahkan anak balita ketika mendoakan ayahnya dengan keterbatasan bahasa sangat pasti oleh Tuhan. Apalagi ditambah doa ibu bagi yang masih memiliki ibu tentunya.

Kami mendengar keluhan sopir taxi online yang dibatasi orderannya oleh aplikasi. Jadi setelah mengantar penumpang, orderan berikutnya dijeda hampir satu setengah jam. Ia juga mengeluhkan tingginya korupsi pejabat daerahnya. Setelah makan siang kami naik taxi online ke Bandara. Sopirnya sudah tua, energik dengan lagu Metalica di LCD mobilnya, bahkan menawari kami karoke. Ditengah keluhan banyak warga, kakek ini tanpak bahagia. Ketika kami tanya usia, ia minta kami menebak. "65" kataku, "hampir" jawabnya, "63, kenapa apakah aku nyetirnya sudah mulai goyah?" Katanya. "Selera musiknya, rocker 80-an." Kataku,  kamipun bicara tentang musik.

Kelapa sawit adalah saksi perjalanan hidupku
Sanggau, 1993
Labuhan Batu, 2010
Dumai, 2025
Hidup adalah perjalanan pulang kepada Pencipta
Kerjakalanlah segala sesuatu seperti untuk Tuhan
Dalam kelamahanku aku melihat Tuhan yg kuat dan perkasa.

Minggu, 07 Juli 2024

Dangdut merusak roh lagu?

Pada dasarnya saya menyukai musik dangdut, dan sering nonton konser dangdut. Namun belum punya keinginan menjadi Musisi dangdut. 

Kenapa?

Pertama jika lagu dangdut menjadi terkenal maka nama pencipta dan penyanyi aslinya akan tengggelam, orang lebih mengenal si tukang cover.

Kedua lagu sedih dinyanyikan dengan gembira, contoh lagu yang berjudul : Ayah Kukirimkan do’a. Liriknya dukacita tetapi versi dangdut dibawakan dengan suka cita.

Ketiga, lagu milik Paguyuban Kawulo Alit Condong Catur yang berjudul : Hati Kecil Kaum Jalanan. Dalam versi dangdut bukan hanya suasananya yang dirubah, bahkan liriknya diubah sehingga mengubah makna dan roh lagu.

Berikut perbandingan versi Asli vs Dangdut 


Versi Asli  VS Dangdut yang ada dalam kurung

A aa aa aa

(Ha....ha....ha....ha....)


Sadar pada diri yang kian rapuh 

(Besar dari music yang kita buat)

Kadang kutermenung di malam mencekam

(Kadang ku termenung dimalam mencekam)

Sadar pada diri yang makin tertinggal

(Sadar pada diriku yang makin kuat)

Untuk melangkah meraih masa depan

(untuk melangkah meraih masa depan)


Reff

Kini  sesal yang tertinggal

(kini hatiku yg terdiam)

Sementara waktu terus berlalu

(sementara waktu terus berlalu)

Waktuku kini sia-sia

(waktu ku tak akan sia – sia)

Melangkah bersama dosa

(melangkah bersama – sama)

Melangkah bersama dosa

(melangkah bersama – sama)



Bait 2

Bagaikan melihat bunga-bunga yang layu

(bagaikan melihat bunga – bunga yang layu)

Kering dihantam kemarau

(kering di hantam kemarau)

Yang mencoba bangkit dari kematian

(Jangan kau coba bangkit dari mimpimu)

Tuk memulai hidup yang baru

(Tuk memulai asa yang baru)

Reff

Hati kecil kaum jalanan

(Hati kecil kaum seniman)

Apakah kita sudahi perjalanan ini

(kapankah kita akan dapat jawaban)

Kami butuh jawaban

(Kami butuh jawaban)

Dari Sang penguasa

(dari sang penguasa)

Dari Sang penguasa

(dari sang penguasa)


Melangkah bersama dosa

(……)

Hati kecil kaum jalanan 8X

(Hati kecil kaum jalanan)

(Hati kecil kaum pengamen)

(Hati kecil kaum seniman)



Dari perbandingan lirik diatas sudah jelas dangdut mengubah makna lagu, sehingga bisa dikatakan merubah roh lagu. Bagaimana menurut kalian?


Sumber : https://www.chordtela.com/2020/09/hati-kecil-kaum-jalanan.html

Sumber : https://www.smule.com/song/ssar_tok_il-ngamen-10-eny-sagita-karaoke-lyrics/7309378_7309378/arrangem

Membela keluarga yang salah atau meninggalkan keluarga demi membela kebenaran.

Dalam Kisah Ramayana, Rahwana menculik Shinta istrinya Rama. Perbuatan Rahwana jelas salah. Sehingga terjadilah perang, Dimana pasukan Rama menyerang Alengka yaitu negara yang dipimpin oleh Rahwana. Rahwana memiliki banyak panglima perang, dua diantaranya adalah adik kandungnya sendiri yaitu Kumbakara dan Wibisana. Kedua adiknya sepakat perbuatan Kakaknya salah, namun mereka mengambil sikap yang berbeda.

Wibisana memihak Rama dan melawan Rahwana karena dia memihak pada kebenaran.

Kumbarana tetap memihak pada Rahwana, dia tahu kakaknya salah tetapi Kumbarna melawan Rama karena negaranya diserang.

Jika kamu menjadi adik Rahwana sikap mana yang kamu pilih?

Meninggalkan keluarga demi kebenaran, atau membela keluarga meskipun salah?

Kamis, 06 Juni 2024

Tarif Bus Mojokerto Jogja Magelang Kereta Api Jogja Bandung

 Minggu, 3 Juni 2024, pukul 11.00 parkir sepeda motor di penitipan sekitar terminal Kertajaya Mojokerto. Naik bus Sugeng Rahayu sekitar pukul 11.15 ke terminal Giwangan Rp. 91.000; Kita tidak biss naik bus patas, karena dari Surabaya langsung tol tidak mampir Mojokerto, demikian pula sebaliknya. Sampai di Giwiangan sekitar 18.30, naik Eka jurusan Banjarnegara, via Magelang, Temanggung, Wonosobo. Tarif Jogja Magelang Rp.30.000; dapat air mineral 600 ml. Sampai terminal ke rumah, naik ojek Rp.10.000; Karena malam sudah tidak ada angkutan kota.

Senin, 4 Juni 2024, pukul 09.15 ke Stasiun Tugu diantar teman, atau bisa pakai transportasi lainnya. Pukul 11.20 kereta api Malabar Rp.225.000 kelas Premium. Sampai di Bandung pukul 18.59 ke hotel naik grab car, ada 2 jenis yakni grab car stasiun yakni di dalam. Namun saya memilih jalan sebentar keluar, dapat harga Rp. 17.000; ke jalan Pasir Kaliki, berjarak 1 km.

Pukul 19.00 dari Bandung, kereta Logawa kelas Premium Rp.250.000, sampai stasiun Tugu Jogja pukul 02.01 dijemput kawan lagi.

Selasa, 5 Juni 2024, jam 16.00 naik bus Magelang Jogja Rp.25.000 tanpa air mineral. Dari Jogja ke Mojokerto naik Mira Rp.91.000, bayar parkir Rp.12.000

Kamis, 13 April 2023

Nama adalah do’a

 


Anak pertama kami Mudji Gusti Yisrael, kami berharap dia Memuji Tuhan sang pencipta alam semesta. Dan doa itu langsung dijawab saat usia kandungan 13 minggu yakni 14 Februari 2022, Gusti sudah dipanggil Tuhan melakukan tugasnya yakni Memuji Tuhan di Sorga bersama para malaikat. 

Anak kedua kami Mudji Sios Shalom, kami berharap dia Memuji Tuhan dan menjadi damai dimanapun dia berada, selalu dikasihi Tuhan dan manusia.

Senin, 05 Desember 2022

Kunjungan Ananda

 Selasa Legi, 6 Desember 2022. Kawanku datang bersama istrinya. Seorang bocah lekaki gendut, berkulit bersih nampak lincah bercanda tawa denganku, kawanku juga mertuaku. Bocah itu tampak bahagia. 


Istriku penasaran, "Kamu siapa?"

Sang bocah, "Aku anak ibu."

Istriku, "Lho, aku kan belum melahirkan."

Sang bocah, "Aku R."


Istriku tersentak, bangun dari tidurnya dan meneteskan air mata.  Kamipun berdiskusi sejenak, kalau dia anak kami, kuberi nama Mudji Gusti Yisrael. Jadi inisialnya adalah G, bukan R. Secara kulit dan gendutnya mirip aku. Usianya sekitar 4 bulan dengan perkiraan lahir Agustus, kira-kira masih belajar tengkurap. Jika dihitung sejak ia gugur 14 Februari 2022, berarti 8 bulan, belum juga jalan dan bicara. Namun anak ini sudah berlari-larian dan bercanda. Secara kejawen, seorang bayi yang meninggal rohnya akan tetap bertumbuh sesuai umurnya. Secara Kristen, rohnya bertumbuh di Firdaus, bersama orang-orang kudus. Jadi siapakah dia?

Kalaupun anak kami dia bahagia kok.

Kalaupun bukan kami yakin, anak kami sedang bermain-main di Firdaus bersama kakeknya

Kamis, 17 November 2022

Bukan tentang Salah Benar

  Sunandar tampak suntuk, “Toko Sabalila sudah 2 bulan tidak mengambil eternit dari kita Wil.” Ia bicara setelah meletakkan cangkir kopi yang baru saja diteguknya.

“Pantas saja omsetmu turun.” Jawab Wili, “biasanya mereka memesan dari kita 200-250 lembar. Kalau target kita 10.000 artinya hampir 25%  turun Ndar.”

“Ya, itulah yang terjadi Wil. Padahal dulu saat area Jawa Timur kamu pegang Toko Sabalila pembeliannya bagus.”

“Kira-kira apa alasannya?”

“Barangnya masih banyak.”

Wili berfikir sejenak, “Besok kita menghadap boss, nanti aku ikut kamu ke Banyuwangi.”

“Tapi kan wilayahmu Jawa Tengah, apa tidak masalah.”

“Bukankah dulu aku pernah pegang Jawa Timur, pastilah Tuan Abdulah masih mengenalku.”

Dua hari kemudian mereka ke ujung timur Pulau Jawa. Tuan Abdulah menyambut mereka dengan ramah, kopi, kacang rebus, singkong goreng dan pisang goreng menemani obrolan mereka.

“Tuan Abdulah, bagaimana penjualan bulan ini. Apakah lancar?” Setelah berbasa basi Wili langsung ke pokok permasalahan.

“Maaf Tuan Wili dan Tuan Sunandar, barangnya masih banyak. Jadi kami belum pesan lagi. Mungkin bulan depan.”

Wili berfikir sejenak, jawaban yang diperoleh sama persis dengan apa yang diceritakan Sunandar. Orangnya ramah, baik hati, jadi apa kesalahan kami?

“Maaf Tuan Abdulah, kami ini masih muda, masih butuh banyak belajar. Jika tuan berkenan, bolehlah tuan mengajari kami yang kurang berilmu ini.”

Tuan Abdulah memandang Wili beberapa saat. “Baiklah kalian ikut saya.”

Mereka bertigapun ke gudang, dilihatnya beberapa tumpukan eternit 50x50 dan ada yang cacat. “Begini tuan, ini ada kerusakan,  kami meminta ganti ke perusahanan kalian namun tidak diganti.” Tuan Abdulah menjelaskan dengan wajah kecewa.

Wilipun memperhatikan sekitarnya, dilihatnya martil di atas, dan cacatnya adalah bekas martil. Abdulah ini orang jujur pikir Wili, pastilah ulah tukang yang membohongi Abdulah. Secara dokumen memang bukan kesalahan perusahaan. Dari pabrik di Surabaya, dikirim ke expedisi cek listnya lengkap tidak ada yang rusak. Dari surat jalan expedisi diterima toko, semua barang OK. Artinya kerusakan ada di toko. Namun Abdulah tidak ikut control. 

“Baiklah tuan Abdulah, kerusakan akan kami ganti.”

Sontak Abdulah terkejut, “Bukankah secara perusahan tidak bisa?”

“Memang secara prosedur tidak bisa Tuan, tapi kali ini akan saya ganti. Hanya saya ada permintaan tuan.”

“Apa itu tuan Wili?”

“Kiriman selanjutnya, jika Tuan Abdulah memesan lagi mohon luangkan waktu untuk ikut mengecek sendiri barang yang datang. Agar kita tahu kerusakannya di expedisi atau dari pabrik kami.”

“Ya tuan, ya tuan, ya tuan.” Entah apa yang dipikirkan tuan Abdulah sampai mengatakan ya hingga tiga kali. Mungkin ia sadar kalau kesalahan ada pada pihak karyawannya.

Sunandar jelas tidak terima dengan keputusan Wili, namun Wili memastikan dia yang akan menanggung ke bosnya. Sesampainya di Surabaya, sudah pasti Bos marah besar. Karena jelas melanggar prosedur.

“Biar saya jelaskan dulu Bos.” Kata Wili tenang.

“Toko Sabalila order ke kita rata-rata 200 lembar perbulan, dalam 3 bulan mereka tidak ambil dari kita berarti kita sudah kehilangan pembeli 600 lembar. Yang rusak itu kira-kira 5-6 lembar, hanya 1%.” Lanjut Wili

“Tetapi tidak bisa seperti itu Wil, secara system penerimaan sudah OK. Dan kamu telah menemukan sendiri bukan, bahwa kemungkinan keteledoran karyawannya.”

“Benar bos, namun Tuan Abdulah ini orang jujur. Dan saya sudah memastikan kiriman selanjutnya akan control sendiri. Dan beliau mengiyakan bahkan sampai 3x.”

“Tapi, tidak bisa begitu.”

“Tenang bos, jika perlu potong gaji saya. Untuk mengganti kerusakan tersebut. Namun kedepan kita masih bisa kerjasama dengan Tuan Abdullah. Pabrik Eternit bukan hanya kita saja, jika sampai pabrik lain jualan ke Sabalila maka kemungkinan kita jualan ke sana nol”

Bos berfikir sejenak. “Benar juga idemu. Baiklah kita ganti.”

Bulan berganti bulan, penjualan baik wilayah Sunandar maupun Wili lancar. Wili mendapat apresiasi sebuah sepeda motor. Tahunpun berlalu, hingga tulisan ini dibuat Tandiyo Willy memiliki sebuah pabrik Daur Ulang Plastik Pradha Karya Perkasa. Sedangkan Sunandar menjual bubur ayam. Persahabatan mereka masih terjalin hingga saat ini.